PDM Kabupaten Gresik - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Gresik
.: Home > SEJARAH

Homepage

Sekilas Berdirnya Muhammadiyah di Gresik dan Langkah Awal yang Dilakukan

Muhammadiyah sebagai salah satu gerakan pembaharuan islam di Indonesia didirikan pada tanggal 18 November 1912 M di kampung Kauman Yogyakarta. Berbeda dengan organisasi lainnya, kala itu Muhammadiyah memiliki ciri tersendiri, yaitu kegiatannya dititikberatkan pada bidang agama, sosial, dan pendidikan. Sedangkan organisasi lainnya yang tumbuh pada sat itu, seperti Sarekat Islam dan Indische partij masing-masing bergerak dibidang perdagangan dan politik.[1]

Gerak Muhammadiyah pada awal berdirinya sungguh amat terbatas, yaitu masih di kampung Kauman Yogyakarta, sekurang-kurangnya sampai tahun 1917. organisasi ini dalam tahun-tahun permulaan berdirinya juga tidak mengadakan pembagian tugas yang jelas diantara para anggota pengurusnya. Namun demikian, upaya untuk menyebarluaskan faham ini selalu dilakukan, sehingga secara keseluruhan sampai tahun 1928 Muhammadiyah sudah memiliki 150 cabang. Muhammadiyah juga meluas  ke luar jawa sampai ke Sulawesi Selatan pada tahun 1926. perkembangan berikutnya sampai tahun 1931 Muhammadiyah memiliki 267 cabang.[2]

Pada tanggal 1 November 1921 Muhammadiyah cabang Surabaya diketuai oleh K.H. Mas Mansur, dibantu oleh K. Usman, H. Anshari Rawi, dan H. Ismail.[3] Sejak Muhammadiyah bisa berdiri di Surabaya, maka bagi K.H. Ahmad Dahlan dianggap sebagai keberhasilan yang cukup besar, apalagi yang memegang adalah K.H. Mas Mansur, salah seorang yang sangat besar pengaruhnya. Muhammadiyah kemudian meluas ke Situbondo dan Banyuwangi pada tahun 1922.[4]

Gejolak pembaharuan masyarakat islam di Surabaya nampaknya merembes ke Gresik. Perembesan ini dapat membangunkan beberapa remaja Islam Gresik dari tidur panjangnya, diantaranya Fakih Usman, Achmad Saleh, Adnanihaji, dan Hasnan. Mereka adalah pada remaja Masjid Jamik Kota Gresik yang sering berdiskusi di bawah bedug Masjid itu. Mereka memperbincangkan semangat pembaharuan baik di Surabaya maupun di Yogyakarta yang sering termuat dalam berbagai surat kabar, juga tablig-tablig akbar yang mereka selenggarakan.

Diskusi di bawah Masjid Jamik itu menghasilkan kesepakatan untuk menyelidiki Muhammdiayah langsung dari sumbernya, yaitu Yogyakarta. Dua orang berangkat ke Yogyakarta, terdiri dari Fakih Usman dan Hasnan. Keduanya diterima langsung oleh Kyai Hisyam, Kyai Sujak, Kyai R. Hajid, dan Kai Basiran. Setelah mendapat penjelasan dari beberapa anggota Pimpinan Pusat (Hoof Bestuur) Muhammadiyah, utusan dari Gresik itu disarankan untuk menemui K.H. Mas Mansur selaku ketua cabang Muhammadiyah Surabaya. Para utusan dari Gresik itu kemudian menemui K.H. Mas Mansur di Surabaya. Mereka mendapat sambutan yang sangat menggembirakan, bahkan K.H. Mas Mansur bersedia untuk datang ke Gresik memberikan pengajian.[5]

Menjelang berdirinya Group (Ranting) Muhammadiyah di Gresik, para remaja Gresik tersebut mendatangi beberapa kyai di Gresik untuk minta nasehat tentang rencana pendirian Muhammadiyah. Mereka mendatangi K.H. Zubair dipondoknya Kauman dan Kyai Marlikan (K.H. Kholil) di Pondok Blandongan. Ternyata kedua kyai itu merestuainya.


[1] I Ketut Ardhana, Perkembangan Muhammadiyah di Bali 1934-1968 (Yogyakarta: Skripsi Jurusan Sejarah-Fakultas Sastra UGM, 1990), hlm. 32 juga lihat Howard M. Federspiel, Persatuan Islam: Islamic Reform in Twentieth Century Indonesia (New York: Modern Project Southeast Asia Program, 1970), hlm. 11.

[2] A. Jainuri, Muhammadiyah: Gerakan Reformasi Islam di Jawa pada Awal Abad Ke Dua Puluh (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1981), hlm. 40-41.

 

[3] Tim Penulis, Menembus Benteng Tradisi: Sejarah Muhammadiyah Jawa Timur 1921–2004 (Surabaya: Hikmah Press Surabaya, 2005), hlm. 49.

 

[4] I Ketut Ardhana, op. cit., hlm. 23.

[5] Terbitan Sementara Buku kenang-Kenangan Silaturrahmi & Reuni Muhammadiyah Gresik, 18 Nopember 1979 (Gresik : Panitia Silaturrahmi & Reuni, 1979) hlm. 9-10.

|<<< 1 2 3 >>>|

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website